a. Pengukuran
Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk
mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan
sesuatu dengan atau sesuatu yang lain (Anas Sudijono, 1996: 3) Jika kita
mengukur suhu badan seseorang dengan termometer, atau mengukur jarak
kota A dengan kota B, maka sesungguhnya yang sedang dilakukan adalah
mengkuantifikasi keadaan seseorang atau tempat kedalam angka. Karenanya,
dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif
Maksud
dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas Sudijono (1996: 4)
ada tiga macam yaitu : (1) pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji
sesuatu seperti orang mengukur jarak dua buah kota, (2) pengukuran
untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar serta (3)
pengukuran yang dilakukan untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan
jalan menguji hal yang ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain
sebagainya.
Dalam dunia pendidikan,
yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21)
adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses
pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa
setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat
dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka
katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui
apa yang telah dilakukan siswa.
Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran
pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek
secara sistematis. Karakteristik yang terdapat dalam obyek yang diukur
ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih mudah untuk dinilai.
aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti kognitif, afektif
dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya, kesalahan dalam
mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil mungkin. Kesalahan yang
mungkin muncul dalam melakukan pengukuran khususnya dibidang ilmu-ilmu
sosial dapat berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang
diukur.
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan
tes. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk
mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan
tes, terkadang juga dipergunakan nontes. Jika tes dapat memberikan
informasi tentang karakteristik kognitif dan psikomotor, maka nontes
dapat memberikan informasi tentang karakteristik afektif obyek.
b. Penilaian
Penilaian
merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan
saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai
yang diperoleh siswa. Tentu saja untuk itu diperlukan sistem penilaian
yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik akan mampu
memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada
gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran.
Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan
motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya.
Dalam sistem
evaluasi hasil belajar, penilaian merupakan langkah lanjutan setelah
dilakukan pengukuran. informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran
selanjutnya dideskripsikan dan ditafsirkan. Karenanya, menurut Djemari
Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian
adalah keputusan tentang nilai. Oleh karena itu, langkah selanjutnya
setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilakukan
setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban
siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.
Menurut Djemari
Mardapi (2004: 18) ada dua acuan yang dapat dipergunakan dalam melakukan
penilaian yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Dalam melakukan
penilaian dibidang pendidikan, kedua acuan ini dapat dipergunakan. Acuan
norma berasumsi bahwa kemampuan seseorang berbeda serta dapat
digambarkan menurut kurva distribusi normal. Sedangkan acuan kriteria
berasumsi bahwa apapun bisa dipelajari semua orang namun waktunya bisa
berbeda.
Penggunaan acuan norma dilakukan untuk menyeleksi dan
mengetahui dimana posisi seseorang terhadap kelompoknya. Misalnya jika
seseorang mengikuti tes tertentu, maka hasil tes akan memberikan
gambaran dimana posisinya jika dibandingkan dengan orang lain yang
mengikuti tes tersebut. Adapun acuan kriteria dipergunakan untuk
menentukan kelulusan seseorang dengan membandingkan hasil yang dicapai
dengan kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Acuan ini
biasanya digunakan untuk menentukan kelulusan seseorang. Seseorang yang
dikatakan telah lulus berarti bisa melakukan apa yang terdapat dalam
kriteria yang telah ditetapkan dan sebaliknya. Acuan kriteria, ini
biasanya dipergunakan untuk ujian-ujian praktek.
Dengan adanya acuan
norma atau kriteria, hasil yang sama yang didapat dari pengukuran
ataupun penilaian akan dapat diinterpretasikan berbeda sesuai dengan
acuan yang digunakan. Misalnya, kecepatan kendaraan 40 km/jam akan
memiliki interpretasi yang berbeda apabila kendaraan tersebut adalah
sepeda dan mobil.
c. Evaluasi
Pengukuran, penilaian dan
evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga
kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak
dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus
dilaksanakan secara berurutan.
Evaluasi Menurut Suharsimi
Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam bidang
pendidikan, evaluasi sebagaimana dikatakan Gronlund (1990: 5) merupakan
proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan
menafsirkan informasi untuk menentukan sejauhmana tujuan pembelajaran
telah dicapai oleh siswa. Menurut Djemari Mardapi (2004: 19) evaluasi
adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar
kelas atau kelompok.
Dari pendapat di atas, ada beberapa hal
yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu: (1) sebagai kegiatan yang
sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara
berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya dievaluasi
disetiap akhir program tersebut, (2) dalam pelaksanaan evaluasi
dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk menunjang keputusan yang
akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka. bukan merupakan landasan
untuk mengambil keputusan dalam evaluasi, dan (3) kegiatan evaluasi
dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan goal oriented
merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar